Assalamu'alaikum wr. wb. Terima Kasih Atas Kunjungannya. Jangan lupa isi buku tamunya ya :)

Rabu, 27 Maret 2013

Pemimpin dan Tanggung Jawab

MANUSIA diciptakan oleh Allah selain untuk beribadah kepada-Nya, juga untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'". (Al-Baqarah: 30). Amanah atau tugas ini sebelumnya Allah embankan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Namun semuanya enggan karena takut akan mengkhianatinya, dan akhirnya manusialah yang mengemban
amanat ini.

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia." (Al-Ahzab: 72).

Setiap manusia, Allah jadikan sebagai seorang pemimpin. Pemimpin ini tidak hanya mencakup pemimpin dalam skala besar, tetapi setiap individu juga adalah seorang pemimpin.

Individu adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, ia dituntut bagaimana memimpin pribadinya. Seorang istri adalah pemimpin bagi anak-anaknya, ia diharuskan bagaimana mengelola anak-anaknya sehingga mereka menjadi anak-anak yang shaleh, anak-anak yang cerdas, baik cerdas secara intelektual maupun cerdas secara spiritual. Kemudian suami adalah pemimpin bagi keluarganya. Seorang suami harus mampu menjadi panutan, suri tauladan bagi keluarganya, dan memberikan kesejahteraan dalam keluarga yang ia pimpin.

Begitu pun dalam pemerintahan, seorang pemimpin harus bisa memberikan kesejahteraan, keamanan dan membangun keadilan bagi masyarakat yang ia pimpin. Apalagi ketika janji-janji yang ditawarkannya harus dapat ia penuhi. Bukankah janji itu adalah hutang? Bukankah ketika seseorang berjanji kemudian ia mengingkarinya adalah khianat?

Dalam sejarah kita tahu sosok Rasulullah yang menjadi teladan bagi kita dalam kepemimpinan, atau para sahabat-sahabat beliau yang begitu amanah dalam menjalankan kepemimpinannya.

Salah seorang sahabat yang bernama Umar bin Abdul Aziz dikisahkan, ketika menjadi seorang khalifah beliau mengambil kebijakan politik yang tidak diduga sebelumnya, terutama oleh keluarga, dan orang-orang terdekatnya.

Banyak orang yang tercengang melihat kebijakan-kebijakan beliau yang tidak biasa dilakukan oleh orang-orang yang tengah berkuasa pada saat itu. Kebijakan yang beliau ambil di antaranya: menolak fasilitas kekhalifahan untuk dirinya yang dianggapnya berlebihan, menerapkan pola hidup sederhana khususnya untuk diri dan keluarganya, menghapuskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada keluarganya, mengembalikan harta kekayaan yang dimilikinya dan keluarganya kepada Baitul Maal, mengangkat orang-orang saleh di jajaran pemerintahannya, menolak suap dalam bentuk apa pun, menolak sistem kekhalifahan yang diwariskan secara turun-temurun, menghapuskan budaya materialistik di kalangan pejabat, melakukan amar makruf nahi mungkar secara bijaksana, menegakkan keadilan dan mengabdikan diri untuk menyejahterakan umat, melestarikan lingkungan hidup, menolak nepotisme, serta menghukum orang sesuai dengan kesalahannya.

Sesungguhnya kepemimpinan yang diamanahkan Allah kepada manusia akan diminta pertanggung jawabannya. Hadits menuturkan, "Tiap-tiap diri kamu adalah pemimpin, dan pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya." (al-hadits). Maka berhatilah-hatilah kita dalam menjalankan amanah ini dan semoga amanah kepemimpinan yang diberikan Allah kepada kita, dapat mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah dengan baik. Wallaahu alam.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Jajang Rohana Visit Original Post Islamic2 Template