Assalamu'alaikum wr. wb. Terima Kasih Atas Kunjungannya. Jangan lupa isi buku tamunya ya :)

Kamis, 27 Desember 2012

Batas Kekuatan Manusia

"ALLAH, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menjadikan apa saja yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Q.S. Ar Rum: 54).


Kamis, 20 Desember 2012

Boros Bentuk Ingkar Pada Nikmat Allah

BOROS bisa berarti menghamburkan harta. Padahal yang tidak berguna bagi diri dan orang lain serta tidak diridai Allah bisa merusak diri dan orang lain.

Orang yang boros adalah orang yang durhaka kepada Allah SW yang memerintahkan hamba-Nya untuk tidak boros sebagaimana firman-Nya, "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

Kamis, 13 Desember 2012

Islam Sangat Muliakan Pemuda

ISLAM adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda. Alquran banyak menceritakan potret mengenai pemuda.

Pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun demi menyelamatkan iman, kisah pemuda Ashabul Ukhdud yang menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya

Kamis, 06 Desember 2012

Haji Harus Mampu Jadi Agen Perubahan

MENJADI haji tidak sebatas menyandang gelar di depan setelah menunaikan Rukun Islam kelima. Namun perlu pembuktian nyata di tengah kehidupan sehari-hari, baik bagi pribadi masing-masing, keluarga, masyarakat terdekat maupun bangsa dan negara.

Sebab sejak mengenakan ihram di miqat, setiap orang yang berhaji sudah mengucapkan ikrar lewat

Kamis, 29 November 2012

Kunci Ibadah

SETIAP hari bahkan mungkin setiap waktu, kita selalu berharap semua aktivitas serta rutinitas kita bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Untuk itu, awalilah semuanya dengan niat yang lurus agar apa yang kita lakukan mendapat nilai ibadah di hadapan-Nya. Karena niat merupakan roh dalam aktivitas ibadah kita, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang diriwayatkan Umar bin Khathab RA, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi setiap orang apa yang telah ia niatkan" (Shahih Muslim).

Kamis, 22 November 2012

Mengenal Watak Hawa Nafsu

WATAK hawa nafsu adalah tabiat yang melekat pada dirinya. Ia tidak muncul kecuali terlebih dulu menampakkan tabiatnya. Adapun watak hawa nafsu itu antara lain condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan memerintahkan kepada keburukan. Selain itu, watak hawa nafsu adalah senang malas-malasan, santai, dan menganggur serta larut dalam syahwat, kendati di dalamnya terdapat kecelakaan dan kebinasaan.

Kamis, 08 November 2012

TAZKIRAH BULAN MUHARAM

DALAM bulan Muharam, paling tidak ada dua peristiwa penting sepanjang perjalanan sejarah para nabi dan rasul serta para sahabat Nabi Muhammad SAW. Hal itu dapat dijadikan tazkirah bagi kita untuk meningkatkan kesabaran, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah SWT. Pertama, berkaitan dengan bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam tahun Hijriah. Kedua, berkaitan dengan sebab-sebab dimuliakannya bulan Muharam (bulan yang dilarang untuk berperang).

Kamis, 01 November 2012

Idul Adha 1433 H / 26 Oktober 2012

Alhamdulillah, Idul Adha tahun ini jumlah hewan qurban yang diterima berjumlah 13 ekor kambing, meskipun menurun jumlahnya dari tahun kemarin yang berjumlah 23 ekor kambing. Mudah-mudah hewan qurban yang kami kelola dapat bermanfaat dan tepat sasaran bagi orang yang membutuhkannya. Amin Ya Robbal Alamin.


Ketenangan Jiwa

JIWA merupakan sesuatu yang abstrak, tidak bisa dilihat, diraba, dicium atau didengar. Namun kita bisa merasakan jiwa itu tampak, dalam arti tampak secara abstrak. Kita melihatnya dari pola tingkah laku manusia dalam menjalani kehidupannya.

Banyak para ahli filsafat dan filsuf yang mendefinisikan makna jiwa. Para penganut paham

Kamis, 18 Oktober 2012

Titik Pusat Cinta

CINTA kepada Allah SWT merupakan landasan untuk semua bentuk cinta. Untuk umat Islam, semua bentuk cinta harus ditempatkan di bawah cinta kepada Allah. Oleh sebab itu, siapa pun yang ingin dicintai, hendaklah dia mencintai Allah sehingga dia bisa mencintai apa yang dicintai-Nya dan membenci apa yang dibenci-Nya. Dalam benci itu terdapat cinta dalam pengertian, jika seseorang membenci sesuatu karena Allah pun membencinya, maka Allah akan mencintainya. Dengan cinta

Kamis, 11 Oktober 2012

Shalat Tiang Agama

IBADAH shalat fardu (wajib) lima waktu bagi umat Islam, diperintahkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Isra Miraj di Sidratul Muntaha. Tidak diwahyukan melalui Malaikat Jibril seperti perintah-perintah lain. Oleh karena itu, salat merupakan kewajiban terpenting. Sabda Nabi SAW, shalat adalah tiang agama. Orang yang tidak melaksanakan shalat sama dengan merobohkan tiang tersebut. Waktu dan tata cara shalat, ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW berdasarkan wahyu Allah SWT kepada

Kamis, 04 Oktober 2012

Kurban dan Pengorbanan

"MAKA dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah" (Q.S. Al-Kautsar: 2)

Itulah ayat yang sering disampaikan para penceramah ketika menyampaikan tausiahnya di bulan-bulan ini. Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Zulhijah, bulan yang disyariatkan untuk pelaksanaan ibadah kurban.


Jumat, 28 September 2012

Bahaya Keraguan

DALAM hadis, Rasulullah SAW, mengemukakan pedoman kehidupan yang diakui kebenarannya oleh para ahli dalam segala bidang sampai sekarang. "Tinggalkanlah hal-hal yang meragukan dan berpeganglah pada hal-hal yang tidak meragukan!"

Keraguan merupakan penyakit yang berbahaya dalam segala lini kehidupan ini, sebab keraguan membuat seseorang tidak percaya diri dan sikap ini akan bermuara pada keputusan yang tidak solid. Misalnya, dalam ilmu militer yang juga sudah menjadi doktrin dalam ilmu militer Cina kuno, "Jangan menyerang jika tidak yakin akan menang!" Para pilot juga ditanamkan disiplin, "Jangan terbang jika kamu tidak yakin terhadap kondisi pesawat, kondisi fisik, dan mentalmu untuk terbang saat ini!"

Kamis, 20 September 2012

Bekal Hidup

HIDUP ini adalah sebuah perjalanan menuju keabadian. Keabadian yang sesungguhnya. Dalam perjalanan hidupnya, manusia mengalami beberapa fase. Salah satu alam yang dihuni manusia ialah alam dunia. Manusia dilahirkan ke alam dunia dalam keadaan suci tanpa dosa, seperti kertas putih. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadis yang artinya, "Tiap-tiap yang lahir, dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi" (H.R. Baihaqi)

Di alam dunia ini kita dihadapkan dengan berbagai macam cobaan dan ujian yang datang dari Allah swt. untuk mengukur sejauh mana keimanan dan ketakwaan yang dimiliki seseorang. Apakah ia benar-benar seorang yang beriman dan bertakwa?atau justru ia akan lari dan ingkar dari Allah.

Minggu, 16 September 2012

Film Innocence of Muslims

Film Innocence of Muslims - Innocence of Muslims adalah sebuah film beranggaran rendah yang dibuat pada tahun 2012 dan berisi tentang hinaan terhadap umat Islam dan juga Nabi Muhammad. Beredarnya trailler film ini di Youtube pada awal bulan Juli 2012 telah membawa gejolak diberbagai negara dengan masyarakat mayoritas Islam di Dunia pada awal bulan September 2012.

Menurut pemberitaan CNN, pembuat film Innocence of Muslims sendiri adalah seorang yang bernama Nakoula Basseley Nakoula (55) dengan nama samaran Sam Bacile. Nakoula tercatat sebagai warga Southern California, Amerika Serikat, dan dari biografi hidupnya diketahui pernah dihukum atas kasus penyelewengan perbankan pada tahun 2009 dan pernah dikenal sebagai tahanan luar selama 5 tahun.

Kamis, 13 September 2012

Bekal Berhaji

SALAH satu syarat berhaji adalah memiliki bekal. Baik bekal fisik berupa kemampuan dan kekuatan (istitha'a) maupun bekal materi untuk biaya perjalanan ke Tanah Suci. Selain bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. Demikian pendapat Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.

Tapi di atas semua itu, bekal yang paling baik adalah takwa. Sebagaimana firman Allah SWT (Q.S.

Kamis, 30 Agustus 2012

Catatan Renovasi Sejak 1993


Jumat, 10 Agustus 2012

Nikmatnya Berinteraksi dengan al-Qur’an

Rasulullah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa berinteraksi dengan al-Qur’an di bulan yang penuh berkah ini, Ramadhan. Baik dengan membaca, mendengarkan, menghafal, mengingat-ingat hingga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah Sang Maha Pemurah telah menyemangati kita dalam berbagai kesempatan baik melalui FirmanNya ataupun Sabda NabiNya tentang keuntungan-keuntungan yang pasti akan kita dapatkan ketika kita berinteraksi dengan surat langit itu.

Diantara keuntungan-keuntungan yang dijanjikan oleh Allah adalah sebagai berikut :

1. Nama Pembaca al-Qur’an disebut-sebut di majlis Allah dan MalaikatNya
Adalah sebuah kebanggaan ketika nama kita disanjung-sanjung dihadapan Raja atau Presiden tempat kita

Selasa, 31 Juli 2012

Kisah Nabi Adam AS membaca Sholawat kepada Rosululloh SAW.

Diceritakan dalm Hadits (Sa’aadatud Daroini hal;88).

Ketika Alloh SWT ‘azza,waJalla telah menciptakan Nabi Adam AS nenek moyang kita dan setelah membukakan penglihatan matanya, maka memandanglah Nabi Adam AS pada ‘ARSY dan melihat tulisan ‘MUHAMMAD’ diatas ‘PENDOP0′-NYA’ARSY, maka maturlah kepada Alloh,-: Duhai Tuhanku, adakah orang yang lebih mulya disampingMU selain aku”.Jawab Alloh SWT: “Benar, Yaitu nama seorang Nabi dari keturunan-mu yang lebih mulya disamping-MU dari pada engkau.Dan jika tidak karena Dia, AKU tidak menciptakan langit, bumi,surga dan neraka”
Setelah Alloh menciptakan Ibu Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS, maka Nabi Adam AS mengarahkan pandangannya keatas dan terlihatlah olehnya “satu makhIuq” yang lain dari padanya seorang wanita cantik jelita yang karenanya Alloh SWT memberikan rasa syahwat kepada Nabi Adam AS. Dan

Jumat, 27 Juli 2012

Fadhillah Malam-malam di Bulan Ramadhan

Untuk lebih mendorong kita melaksanakan ibadah-ibadah pada siang maupun pada malam-malam ramadhan seperti Qiyamullail / Sholat Tarawih, kami salinkan dialog Ali bin Abi Thalib r.a. bersama Nabi kita Muhammad SAW dalam kitab "Durratun Nashihin" halaman 66 / 67 Bab 4 tentang "Fadhillah Bulan Ramadhan" sebagai berikut "Ali bin Abi Thalib r.a. bertanya kepada Rosulullah SAW tentang Fadhillah Sholat Tarawih, Nabi Kita SAW menjawab : Sholat Tarawih / Qiyamullail pada :
Malam 1 : Diampuni dosanya, bersih seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.

Malam 2 : Diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya yang mukmin 

Malam 3 : Malaikat memanggilnya dari bawah "Arasy" segeralah kamu beramal karena Allah mengampuni

Jumat, 06 Juli 2012

Meraih Kebahagiaan Hakiki

Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia. Semua orang ingin bahagia. Namun hanya sedikit yang mengerti arti bahagia yang sesungguhnya. Hidup bahagia merupakan idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan.
Tidak sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut adalah bagaimana hidup bahagia.
Hidup bahagia merupakan cita-cita tertinggi setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kebahagian itu terletak pada harta benda yang bertumpuk-tumpuk, maka mereka telah mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Akan tetapi tidak dia dapati dan sia-sia pengorbanannya.
Apabila kebahagian itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, maka mereka telah siap mengorbankan

Jumat, 29 Juni 2012

Nilai Eksistensi Sebuah Do'a

Negeri Arab khususnya dan dunia pada umumnya sebelum diutusnya Muhammad Shalallahu ?alaihi wassalam dipenuhi dengan kesesatan, penyimpangan, dan kebodohan, terlihat dari semaraknya penyembah batu-batuan dan pohon-pohon, pengingkaran terhadap hari kebangkitan, mempercayai perdukunan, tukang sihir, dan paranormal hingga penyimpangan yang sifatnya kemanusiaan, sosial, dan politik.
Allah Subhanahu wa Ta?ala menghendaki rahmat atas hamba-hambaNya, menolongnya dari kesesatan menuju hidayah, maka Allah mengutus seorang Rasul kepada mereka dari kalangannya sendiri yang mereka telah mengenal akhlaqnya, kejujurannya, serta amanahnya. Allah berfirman,
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-Jum'ah: 2).

Selasa, 26 Juni 2012

Niat: Awal dan Penentu Semua Amal Shaleh

Niat merupakan rukun pertama dari semua amal shaleh (perbuatan baik) yang kita lakukan. Tanpa niat segala amal ibadah kita sia-sia. Shalat, Puasa, Zakat, Haji kita batal jika tidak ada niat. Tidak ada pahalanya.

”Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi” (HR Bukhari)
”Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya” (HR Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)
”Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niat-niat mereka” (HR Muslim)
Sebagaimana hadits di atas, niat bermacam-macam. Ada yang niat mengerjakan sesuatu untuk Allah, ada pula

Jadikan Mati Sebagai Penasehat

Banyak orang yang sengaja berbuat salah karena mereka lupa akan mati. Mereka tak segan mencuri, korupsi, merampok, bahkan membunuh untuk memenuhi nafsu duniawi. Padahal jika mereka senantiasa mengingat mati, niscaya mereka tidak akan seperti itu.
Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)
Banyak juga orang yang galau, sedih, bahkan frustrasi atau depresi karena masalah dunia. Mereka merasa berada di dunia ini selama-lamanya. Sehingga berbagai masalah seperti patah hati, kemiskinan, kegagalan, itu akan menerpa mereka selama-lamanya. Padahal hidup di dunia ini hanya sementara. Jika mereka ingat akan mati, tentu mereka tidak akan merasa begitu sedih.

Jumat, 04 Mei 2012

Wilders Provokasi Muslim Indonesia agar Tinggalkan Al-Qur'an


Pimpinan Partai Kebebasan (PVV) Belanda, Geert Wilders mengajak umat Islam Indonesia agar meninggalkan Al-Qur'an dan berhenti menjadikan Rasulullah sebagai idola. Pembuat film Fitna itu juga kembali mengatakan Al-Qur'an penuh kebencian. Hal itu dikatakan Wilders dalam sebuah pidato di New York, untuk mempromosikan buku terbarunya yang berjudul Marked for Death: Islam’s War against the West and Me (Dicap Mati: Perang Islam Melawan Barat dan Saya).

Selain Indonesia, Wilders juga memprovokasi Arab,

Senin, 26 Maret 2012

Hati - Hati Di Facebook

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,,,
Kemarin Anaa dapat teguran dari seorang sahabat yang berkata seperti ini: "sekarang ini, saya harus lebih berhati-hati walau sekedar nitip JEMPOL di pesbuk (Facebook)".

"kenapa??" Anaa menyelahi bertanya

"karena, ia bisa menjadi dosa kecil ketika saya nge-like status yg tidak berfaedah maupun foto akhwat yg belum berhijab ". Masih belum mau menutup aurat kononnya ^^

Hari ini, Anaa merenungi kata-kata sahabat Anaa. Dan kenyataannya, Anaa pun harus segera mengikut jejaknya.

SEGERA... tinggalkan apa-apa yang membawa pada ketidak-baikan, karena mengabaikan dosa kecil dapat menjerumuskan kita pada perkara yang lebih berat. Oke Oke Oke ^^

Ketika pepatah lama mengatakan 'qalilan-qalilan yakunu jabalan' (sedikit demi sedikit akan menjadi bukit) sesungguhnya sama definisinya dengan mutiara hikmah dari para ulama salaf :
"Tidak ada yang namanya dosa kecil apabila di lakukan dengan terus menerus. Dan tidak ada yang namanya dosa besar jika diiringi dengan taubat".

Ayoooo !!!!1
Belum ketika menilik pada sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : " Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil, karena dia akan menjadi penuntut di sisi Allah" (HR An Nasa'i, Ibn Majah, wa Ibn Hibban)

:) + ^^
Yuuuuukkkk Sahabat lebih hati-hati dengan aktivitas JEMPOL kita yang selalu bermain di dunia Maya ^^

Duhai jiwa...
Malu-kah engkau pada Dzat yang senantiasa mengawasimu??

Sungguh menggetarkan nasehat Bilal bin Sa'ad rahimahullah yang pernah mengatakan : "Janganlah engkau melihat kecilnya suatu dosa, melainkan hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai".

Jujurlah wahai jiwa??
Siapa yang engkau durhakai??

Minggu, 25 Maret 2012

Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati

Apakah do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh itu pahalanya akan sampai kepada orang mati? Dalam hal ini ada segolongan yang yang berkata bahwa do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh tidak sampai pahalanya kepada orang mati dengan alasan dalilnya, sebagai berikut:

وَاَنْ لَيْسَ لِلْلاِءنْسنِ اِلاَّ مَاسَعَى

Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan”. (QS An-Najm 53: 39)

Juga hadits Nabi MUhammad SAW:

اِذَامَاتَ ابْنُ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ

Apabila anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak yang sholeh yang mendo’akan dia.

Mereka sepertinya, hanya secara letterlezk (harfiyah) memahami kedua dalil di atas, tanpa menghubungkan dengan dalil-dalil lain. Sehingga kesimpulan yang mereka ambil, do’a, bacaan Al-Qur’an, shadaqoh dan tahlil tidak berguna bagi orang mati. Pemahaman itu bertentangan dengan banyak ayat dan hadits Rasulullah SAW beberapa di antaranya :

وَالَّذِيْنَ جَاءُوْامِنْ بَعْدِ هِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَااغْفِرْلَنَا وَلاِءخْوَنِنَاالَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِءْيمن

Dan orang-orang yang datang setelah mereka, berkata: Yaa Tuhan kami, ampunilah kami dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan beriman.” (QS Al-Hasyr 59: 10)

Dalam hal ini hubungan orang mu’min dengan orang mu’min tidak putus dari Dunia sampai Akherat.

وَاسْتَغْفِرْلِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنتِ

Dan mintalah engkau ampun (Muhammad) untuk dosamu dan dosa-dosa mu’min laki dan perempuan.” (QS Muhammad 47: 19)

سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ اِنَّ اُمِى مَاتَتْ افَيَنْفَعُهَا اِنْ تَصَدَّقْتَ عَنْهَا ؟ قَالَ نَعَمْ

Bertanya seorang laki-laki kepada Nabi SAW; Ya Rasulullah sesungguhnya ibu saya telah mati, apakah berguna bagi saya, seandainya saua bersedekah untuknya? Rasulullah menjawab; yaa berguna untuk ibumu.” (HR Abu Dawud).

Dan masih banyak pula dalil-dalil yang memperkuat bahwa orang mati masih mendapat manfa’at do’a perbuatan orang lain. Ayat ke 39 Surat An-Najm di atas juga dapat diambil maksud, bahwa secara umum yang menjadi hak seseorang adalah apa yang ia kerjakan, sehingga seseorang tidak menyandarkan kepada perbuatan orang, tetapi tidak berarti menghilangkan perbuatan seseorang untuk orang lain.
Di dalam Tafsir ath-Thobari jilid 9 juz 27 dijelaskan bahwa ayat tersebut diturunkan tatkala Walid ibnu Mughirah masuk Islam diejek oleh orang musyrik, dan orang musyrik tadi berkata; “Kalau engkau kembali kepada agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang menanggung siksaanmu di akherat”.
Maka Allah SWT menurunkan ayat di atas yang menunjukan bahwa seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain, bagi seseorang apa yang telah dikerjakan, bukan berarti menghilangkan pekerjaan seseorang untuk orang lain, seperti do’a kepada orang mati dan lain-lainnya.
Dalam Tafsir ath-Thobari juga dijelaskan, dari sahabat ibnu Abbas; bahwa ayat tersebut telah di-mansukh atau digantikan hukumnya:

عَنِ ابْنِى عَبَّاسٍ: قَوْلُهُ تَعَالى وَأَنْ لَيْسَ لِلاِءنْسنِ اِلاَّ مَا سَعَى فَأَنْزَلَ اللهُ بَعْدَ هذَا: وَالَّذِيْنَ أَمَنُوْاوَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِيَتُهُمْ بِاِءْيمنٍ أَلْحَقْنَابِهِمْ ذُرِيَتَهُمْ فَأَدْخَلَ اللهُ الأَبْنَاءَ بِصَلاَحِ اْلابَاءِاْلجَنَّةَ

Dari sahabat Ibnu Abbas dalam firman Allah SWT Tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dikerjakan, kemudian Allah menurunkan ayat surat At-Thuur; 21. “dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan anak cucu mereka dengan mereka, maka Allah memasukkan anak kecil ke surga karena kebaikan orang tua.

Syaekhul Islam Al-Imam Ibnu Taimiyah dalam Kitab Majmu’ Fatawa jilid 24, berkata: “Orang yang berkata bahwa do’a tidak sampai kepada orang mati dan perbuatan baik, pahalanya tidak sampai kepada orang mati,mereka itu ahli bid’ah, sebab para ulama’ telah sepakat bahwa mayyit mendapat manfa’at dari do’a dan amal shaleh orang yang hidup.

KH Nuril Huda

Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)

Senin, 13 Februari 2012

Valentine Hari Kasih Yang Semu

Memasuki bulan februari di Negara islam terbesar (Indonesia) yang berpenduduk ± 220 juta jiwa, mayoritasnya menganut agama islam ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap muslim.
Toko-toko swalayan menyediakan; bunga- bunga berwarna merah, kartu-kartu ucapan selamat yang umumnya berlogo cheo pad (dewa cinta dalam keyakinan romawi kuno), hotel-hotel dan restoran mewah menyediakan paket valentine, siaran radio dan televisi disusun sedemikian rupa untuk memeriahkan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 februari.
Apakah ini tradisi islam? Kalau tidak, kenapa orang yang mengaku dirinya beragama islam ikut merayakannya? Lalu apa solusinya sehingga umat mayoritas tidak mengekor kepada umat minoritas? Uraian berikut mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
- Sejarah hari valentine:
Beberapa referensi menjelaskan bahwa hari valentine adalah hari kasih sayang bangsa romawi yang menganut Animisme yang dirayakan semenjak 17 abad yang silam, sebagai ungkapan kasih sayang dewa.
Peringatan ini berasal dari sebuah legenda bahwa Romelius pendiri kota Roma disusui oleh seekor serigala sehingga ia tumbuh menjadi orang yang berbadan kuat dan berakal cerdas.
Maka bangsa Romawi mengabadikan peristiwa tersebut pada pertengahan bulan Februari dengan prosesi perayaan sebagai berikut:
"Seekor anjing dan domba disembelih, lalu dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan darah anjing dan domba. Setelah dilumuri darah anjing dan domba mereka dimandikan dengan air susu. Lalu diarak keseluruh penjuru kota sambil memegang cambuk yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan para wanita romawi menyambut hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan mudah mendapat keturunan".
- Hubungan Valentine dengan perayaan di atas:
Valentine adalah nama seorang penganut Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M. melalui sebuah penyiksaan karena dia pindah agama dari seorang penganut Animis Romawi menjadi seorang Kristiani.
Setelah bangsa Romawi memeluk agama Kristen mereka tidak membuang tradisi Animis tersebut tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai dan prosesi peringatannya dimodifikasi menjadi:
"Mereka membuat sebuah perkumpulan massa, lalu menulis nama-nama wanita yang telah memasuki umur nikah pada lembar kertas, lalu digulung. Kemudian dipanggil seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama wanita yang tertulis dikertas tersebut akan menjadi pasangannya selama setahun, andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa nikah mereka merasa serasi mereka melanjutkannya dengan pernikahan. Andai tidak ada keserasian maka pada hari valentine tahun mendatang mereka berpisah".
Perayaan ini ditentang oleh para tokoh agama saat itu dan mereka mengeluarkan larangan memperingatinya karena dianggap merusak akhlak para pemuda dan pemudi.
Tidak ada informasi yang jelas tentang siapa yang menghidupkan kembali tradisi ini. Beberapa cerita mengungkapkan bahwa di Inggris orang-orang memperingatinya sejak abad XV M.
- Sikap seorang muslim terhadap hari valentine:
1.        Dari asal-usulnya kita ketahui bahwa perayaan hari valentine adalah suatu upacara suci orang-orang Romawi yang Animis sebagai ungkapan cinta kepada dewa mereka.
Tradisi ini adalah tradisi syirik tak ubahnya bagaikan ritual orang-orang Arab penyembah berhala mengungkapkan cinta berhala yang berada di sekeliling Ka'bah dengan cara mengelilinginya dalam keadaan telanjang tanpa memakai sehelai benangpun sambil bertepuk tangan dan bersiul, sebagaimana yang Allah jelaskan:
} وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِنْدَ البَيْتِ إِلاَّ مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوْقُوْا العَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ (
"Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".(Q.S. Al Anfaal: 35).
Lalu tradisi ini dihapus Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam setelah menaklukkan kota Mekkah dan membersihkannya dari kesyirikan, dan Allah mengancam orang-orang yang melakukannya dengan siksaan yang pedih.
2.        Kemudian umat kristen Romawi mengadopsi tradisi ini dengan merayakan kematian Valentine sebagai lambang penebar cinta dan damai, akan tetapi itu cuma slogan karena prosesi perayaannya tak lebih dari kesempatan mencari pasangan haram untuk setahun kedepan bagaikan kucing yang mencari pasangannya untuk musim kawin di bulan Februari. Dan ini bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga para pendeta melarangnya. Wahai umat islam sadarlah! perayaan valentine adalah bid'ah dalam agama Kristen dan dilarang untuk dirayakan pada awal masanya oleh para pendeta. Kenapa anda mau menghidupkannya kembali? Sungguh para pendeta tersebut lebih berakal daripada orang yang mengaku islam akan tetapi ikut merayakannya.
3.        Sebagain besar umat islam yang ikut merayakan valentine dengan saling berkirim kartu ucapan valentine atau menghadiahkan bunga mawar atau saling berkirim surat cinta atau ikut mengadakan atau hanya sekedar menghadiri acaranya. Umumnya mereka mengajukan alasan sebagai berikut:
-         Para pemuda-pemudi beralasan bahwa mereka hanya memanfaatkan kesempatan valentine untuk mencari pasangan hidup yang setia.
-         Para pria dan wanita yang sudah berumah tangga beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk melanggengkan rumah tangga dengan saling mengungkapkan rasa cinta.
-         Orang-orang yang memiliki teman sejawat, sekantor, seprofesi yang beragama Kristen beralasan bahwa hari valentine adalah kesempatan untuk mempererat hubungan.
Alasan yang mereka ajukan laksana menegakkan benang basah, sadar ataupun tidak mereka termasuk dalam ancaman sabda Nabi:
(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))
 Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia dia adalah bagian dari kaum tersebut. H.R. Ahmad.
Maka orang islam yang ikut memeriahkan hari valentine sesungguhnya dia adalah bagian dari umat Nasrani atau bagian dari kaum Animis romawi kuno –na'uzubillah-.
Untuk para pemuda dan pemudi islam yang kehilangan jati diri! perayaan valentine bukanlah hari baik untuk mencari jodoh, karena ia merupakan perayaan syirik, walaupun anda mendapatkan pasangan setia saat itu di dunia sungguh dia bukan pasangan anda sejati, apalagi nanti di akhirat (mungkin juga di dunia) anda dan dia akan saling bermusuhan, karena pasangan yang sejati adalah pasangan yang bertakwa dan orang –orang bertakwa tidak akan mau menghadiri perayaan syirik semacam itu.
Allah taala berfirman:
} الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ المُتَّقِيْنَ (
 "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa". (Q.S. Az Zukhruf :67)
Untuk Pasutri muslim yang lentera cintanya mulai redup! Memanfaatkan kesempatan syirik hanya akan memadamkan lentera cinta anda yang mulai redup dan akan menyulut api yang akan membakar rumahtangga anda.
      Untuk muslim dan muslimat yang tidak kenal lawan dan kawan! Allah tidak melarang anda untuk berteman dengan orang diluar islam, akan tetapi Allah melarang anda menaruh rasa cinta terhadap mereka dan lebih parah lagi jika anda mengungkapkannya dalam bentuk berkirim kartu atau hadiah di kesempatan syirik itu. Allah taala berfirman:
} لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ (
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Q.S. Al Mujadilah : 22 ).
4.        Realita banyaknya umat islam yang ikut merayakan hari kasih- sayang ini sangat mengherankan padahal dalam agama islam telah menjelaskan secara lengkap tentang cara memelihara dan menuai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada sesama muslim dan muslimat. Mereka bagaikan 'Bani Israel' yang menukar makanan dari langit dengan ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah, sungguh barter yang sia-sia.
Cinta dalam islam merupakan salah satu pilar penting dalam beribadah, ibadah yang tidak didasari rasa cinta akan terasa hampa.
Sedangkan ungkapan cinta kepada Allah dapat dipupuk dengan hal-hal berikut:
a.       Mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam :
} قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ (
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. (Q.S. Ali Imran: 31 )
b.      Melakukan amalan fardhu dan sunat, Nabi saw. bersabda:
(( وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ : فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ أَعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ ))
" Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada perbuatan yang telah Kuwajibkan dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengan pendengaran tersebut, Aku menjadi penglihatannya yang ia melihat dengan penglihatan tersebut, Aku menjadi tangannya yang ia bekerja  dengan tangan tersebut, dan Aku menjadi kakinya yang ia berjalan dengan kaki tersebut. Andai ia minta kepada-Ku niscaya Aku beri, dan andai ia minta perlindungan-Ku, akan Kuberi”. HR. Bukhari.
c.       Sering membaca Al quran, dalam sebuah hadist Nabi:
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mengutus seorang lelaki memimpin sebuah ekspedisi, dia selalu membaca sebuah (surat) ketika shalat mengimami para pasukannya dan menutup bacaannya dengan [قُل هو اللَّه أحد ] , tatkala mereka kembali, mereka menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, Ia bersabda, "Tanyakan padanya, kenapa ia melakukan hal tersebut? lalu mereka bertanya kepadanya, Ia berkata: “Karena surat tersebut (Al Ikhlash) menjelaskan sifat Ar Rahman, maka saya sangat cinta untuk membacanya,” lalu Rasulullah bersabda: “Beritahu dia bahwa Allah ta`ala mencintainya.” Muttafaq ’alaih.
d.      Mengucapkan assalamu'alaikum saat bertemu atau masuk rumah, sabda Nabi saw. :
“Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai, maukah aku tunjukkan kalian tentang suatu hal jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai, tebarkan salam di antara kalian”. HR. Muslim.
e.       Saling mengunjungi, sabda Nabi:
“Seorang lelaki menziarahi saudaranya di kampung lain, lalu Allah mengutus seorang malaikat mengawasi perjalanannya, tatkala ia sampai di kampung tersebut, malaikat berkata : “Mau kemanakah engkau?”, ia berkata : “Aku ingin mendatangi saudaraku di kampung ini”, malaikat berkata : “Apakah engkau mengunjunginya karena ingin mendapatkan manfaat duniawi?”, ia berkata : “Tidak, hanya karena aku mencintainya karena Allah”, malaikat berkata : “Sungguh aku adalah utusan Allah kepadamu bahwasanya Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai si fulan karena-Nya”. HR. Muslim.
f.         Ungkapkan rasa cinta anda kepadanya dengan ucapan: " Aku mencintaimu karena Allah" dan yang diberi ucapan harus menjawab," semoga Allah mencintaimu". Sabda Nabi:
“Ada seorang lelaki di sisi Nabi shallallahu `alaihi wasallam, lalu seorang lelaki lewat maka yang di sisi Nabi berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintai orang ini”, Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukannya?”, ia berkata : “Tidak”, ia bersabda : “Beritahu dia”, lalu ia menyusul orang tersebut dan berkata : “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”, lalu ia menjawab : “Semoga Zat yang engkau mencintaiku karena-Nya mencintaimu. HR Abu Daud
Bilamana tips di atas anda ikuti dan laksanakan dengan seksama niscaya anda akan terlepas dari belenggu cinta terhadap yang fana (binasa) berganti dengan cinta kepada Dzat yang Baqa' (kekal) yang menentramkan jiwa dan raga.
Semoga Allah menjadikan kita orang- orang yang saling bercinta karena-Nya yang nanti dijanjikan Allah mendapat naungan 'Arsy di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Nya.
Akhirnya marilah kita menadahkan tangan berdoa kepada Allah dengan doa sya'ir cinta yang pernah dilantunkan oleh Nabi Daud dan Nabi Muhammad shallallahu `alaihim wasallam :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِيْ إِلىَ حُبِّكَ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk mencintai-Mu dan mencintai orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang menyampaikan kepada cinta-Mu, ya Allah, jadikanlah mencintai-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang sejuk)”. HR. Tarmizi.

Senin, 06 Februari 2012

Maulid Nabi : Kelahiran Muhammad adalah Rahmat

Maulid nabi atau kelahiran Rasulullah diyakini oleh sebagian besar umat Islam Indonesia terjadi pada tanggal 12 Rabiul Awal di tahun gajah. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Ar-Rakhiqul Makhtum berpendapat tanggal 9 Rabiul Awal. Sedangkan Tamim Ansary dalam Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes justru mengatakan tanggalnya yang tepat tidak diketahui karena tak seorang pun memberi banyak perhatian pada saat kelahiran Muhammad.

Satu yang pasti, berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin. Satu lagi yang pasti, kelahiran Rasulullah adalah rahmat. Bagaimana tidak, sementara beliau yang empat puluh tahun kemudian diangkat sebagai nabi dan Rasul. Sekaligus penutup para nabi dan penghulu para rasul.

Allah menunjukkan sifat Rasulullah dalam firman-Nya:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ


Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubat : 128)

Bacalah kembali ayat di atas. Bukankah dengan demikian kelahiran Nabi adalah rahmat yang sangat besar?

"Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'," kata Sayyid Qutb saat menjelaskan ayat ini dalam Fi Zhilalil Qur'an, "ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."

"Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri," tulis Ibnu Katsir saat menjelaskan ayat yang sama, "yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."

Rasulullah merasakan beratnya penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan adalah umat, yang dibela adalah umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu memikirkan umatnya menjelang wafatnya.

Rasulullah juga sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.

Kini tergantung kita, apakah mau mengikuti petunjuk Rasulullah atau menentangnya. Mengambil sunnah atau membuangnya. Mengikuti ajarannya atau meninggalkannya. Meneladaninya atau mengabaikannya. Orang mukmin pasti memilih yang pertama, karena itulah bukti cintanya pada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus jalan keselamatan dan kebahagiaan.

Inilah bagian penting dari refleksi maulid Nabi. Kelahiran Rasulullah yang merupakan rahmat, seharusnya membuat kita menjadi umatnya yang selamat dan memperoleh syafaat dengan jalan mencintainya dan menghirupkan sunnahnya.

Jumat, 27 Januari 2012

Syukur Nikmat Iman dan Islam

Secara bahasa, syukur artinya berterima kasih. Pengertian syukur yang dikehendaki oleh hukum syara, ialah menempatkan suatu perkara pada tempatnya. Istilah syukur dapat pula diartikan mendayagunakan semua nikmat dari Alloh SWT sesuai dengan kehendak-Nya. Nikmat itu adalah pemberian dari Alloh SWT kepada makhluk-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari nikmat itu sering diungkapkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan senang, bahagia atau enak yang biasa dirasakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Jenis-jenis nikmat yang dianugrahkan Alloh SWT kepada kita sangat banyak, antara lain nikmat jasmani, nikmat rohani, nikmat materi, nikmat ilmu pengetahuan serta nikmat Iman dan Islam.

Nikmat Iman dan Islam adalah nikmat yang paling besar serta paling tinggi nilainya dibandingkan dengan nikmat-nikmat yang lainnya.. dikatakan demikian, karena dengan nikmat ini, manusia hatinya menjadi tentram, damai dan berserah diri kepada Alloh SWT. Dengan nikmat ini pula manusia akan hidup sejahtera di dunia dan di akherat. Sedangkan nikmat-nikmat yang lainnya belum tentu mendapatkan yang demikian. Nikmat iman dan Islam termasuk nikmat yang paling besar dan sangat mahal, karena meskipun Alloh SWT telah menganugerahkan kepada manusia akal, fitrah beragama, serta ilmu pengetahuan, tidak setiap orang dapat menikmati Iman dan Islam kareana seseorang beriman dan berislamnya bergantung kepada taufik dan hidayah dari Alloh SWT.
"Bukanlah kewajiban (Muhammad) menjadikan mereka dapat petunjuk, akan tetapi Alloh-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya"..... (QS Al Baqarah, 2:272)

Bagi kita yang telah beriman kepada Alloh SWT, beriman kepada rukun iman yang lainnya, serta meyakini dan menerima Islam sebagai pedoman hidup, hendaklah kita bersyukur kepada-Nya. Cara mensyukuri nikmat ini dengan hati, lisan dan amal perbuatan. Keadaan Iman pada diri seseorang itu tidak tetap, kadang-kadang berkurang dan kadang-kadang bertambah. Dengan demikian, hendaklah iman yang ada pada diri kita itu dipelihara dengan baik, dengan cara banyak mengingat (zikir) kepada Alloh SWT, berdoa, membaca Al Qur'an, serta mengikuti berbagai kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan usaha-usaha sebagaimana yang telah disebutkan di atas, insya Alloh iman kita akan senantiasa bertambah. 

Dengan diberi taufik dan hidayah dari Alloh SWT, kita menjadi seorang mukmin dan muslim. Hal ini wajib kita syukuri karena nikmat Iman dan Islam akan membawa hati kita berserah diri kepada-Nya dengan bentuk pengabdian sepenuhnya kepada Alloh SWT.

"Maka dengan Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya"..... (QS An Nisa, 4:65)

Orang yang beirman dengan sepenuh hati akan senantiasa taat dan patuh terhadap hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al Qur'an dan Al Hadist.

Mereka semua akan mendapatkan keuntungan, baik ketika hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

"Sesengguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Alloh dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. 'Kami mendengar dan patuh' dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." ..... (QS An Nur, 24:51)


Sabtu, 14 Januari 2012

Wahai Pemuda, Inilah 40 Assabiqunal Awwalun

Wahai pemuda, jika semangat dakwahmu melemah, lihatlah mereka paraassabiqunal awwalun yang ditempa Rasulullah SAW di rumah Arqam bin abi Arqam. Tak kurang 25 dari 40 orangassabiqunal awwalun itu berusia di bawah 30 tahun. Mereka adalah pemuda! Sepertimu! Dan sejarah kemenangan selalu diukir oleh para pemuda.

“Oleh karena itu,” kata Hasan Al Banna dalamMajmu’atur Rasail, “sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya”.
Wahai pemuda, semestinya kita malu jika usia kita masih muda, status kita pemuda, tetapi kita tidak memiliki semangat juang dalam menegakkan kebenaran dan mendakwahkan Islam. Apa artinya menjadi pemuda jika energi dan vitalitas untuk bergerak tidak dimiliki? Apa artinya menjadi pemuda jika sikap diam menghalangi diri berkebajikan?
“Pemuda yang tidak memiliki semangat dakwah,” kata Imam Syafi’i dalam antologi syairnya, “takbirkanlah ia empat kali, karena sesungguhnya ia telah mati.”
Lihatlah mereka, para assabiqunal awwalun yang ditarbiyah Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Tidakkah kita iri dengan mereka yang usianya masih belia tetapi menjadi tonggak dakwah Islam dengan segala konsekuensi dan resikonya. Lepas dari mereka disebut sebagai kutlah oleh harakah tertentu dan disebut sebagai kataib oleh harakah lainnya, tak kurang 25 dari 40 sahabat itu berusia kurang dari 30 tahun. Mari simak nama-nama assabiqunal awwalun ini, lihatlah usianya dan seraplah semangat juang mereka:
1. Ali bin Abu Thalib berusia 8 tahun
2. Zubair bin Awwam berusia 8 tahun
3. Thalhah bin Ubaidillah berusia 11 tahun
4. Arqam bin Abi Arqam berusia 12 tahun
5. Abdullah bin Mas’ud berusia 14 tahun
6. Sa’ad bin Abi Waqash berusia 17 tahun
7. Mas’ud bin Rabi’ah berusia 17 tahun
8. Abdullah bin Mazhun berusia 17 tahun
9. Ja’far bin Abu Thalib berusia 18 tahun
10. Qudamah bin Mazhun berusia berusia 19 tahun
11. Sa’id bin Zaid berusia < 20 tahun
12. Shuhaib ar-Rumi berusia < 20 tahun
13. Zaid bin Haristah berusia sekitar 20 tahun
14. Utsman bin Affan berusia sekitar 20 tahun
15. Thulaib bin Umair berusia sekitar 20 tahun
16. Khabab bin Al-Art berusia sekitar 20 tahun
17. Saib bin Mazhun berusia sekitar 20 tahun
18. Amir bin Fuhairah berusia berusia 23 tahun
19. Mush’ab bin Umair berusia 24 tahun
20. Miqdad bin Al-Aswad berusia berusia 24 tahun
21. Abdullah bin Jahsy berusia 25 tahun
22. Umar bin Khatab berusia 26 tahun
23. Abu Ubaidah bin Jarah berusia 27 tahun
24. Utbah bin Ghazwan berusia 27 tahun
25. Abu Hudzaifah bin Utbah berusia sekitar 30 tahun
26. Bilal bin Rabah berusia sekitar 30 tahun
27. ‘Ayash bin Rabi’ah berusia sekitar 30 tahun
28. ‘Amir bin Rabi’ah berusia sekitar 30 tahun
29. Na’im bin Abdullah berusia sekitar 30 tahun
30. Utsman bin Mazhun berusia sekitar 30 tahun
31. Abu Salmah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi berusia sekitar 30 tahun
32. Abdurrahman bin Auf berusia sekitar 30 tahun
33. Ammar bin Yasar berusia sekitar 30-40 tahun
34. Abu Bakar Ash Shidiq berusia 37 tahun
35. Hamzah bin Abdul Muthalib berusia 42 tahun
36. Ubaidah bin Al-Harits berusia 50 tahun
Selain 36 nama di atas, ada beberapa shahabiyah assabiqunal awwalun seperti Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Khatab, Ummu Aiman, Ruqayyah, dan Sumayyah. Nama yang disebut terakhir ini menjadi syahidah pertama fi sabilillah bersama suaminya yang juga syahid: Yasir. Sehingga keduanya tidak dimasukkan ke dalam nama-nama sahabat yang dibina Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam.
Menjadi pemuda, artinya adalah menjadi manusia yang bersemangat. Menjadi pemuda, artinya adalah menjadi orang-orang yang mampu bergerak cepat. Menjadi pemuda, artinya menjadi pribadi tangguh yang siap menyelamatkan umat. Para pemuda pendahulu kita telah memberikan contoh dan menjadi teladan, jika engkau tak juga menemukan siapa mereka, lihatlah mereka assabiqunal awwalun; generasi pertama dari kalangan sahabat. [Muchlisin] dari bersamadakwah.com

Jumat, 06 Januari 2012

MAKNA SUNNAH DALAM AL-QUR'AN

Oleh: Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc
Adalah sangat mengada-ada dan dipaksakan jika orang-orang yang mengingkari Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa Sunnah itu tidak ada hanya dikarenakan tidak ada penyebutan kata �Sunnah Nabi� atau �Sunnah Rasul� di dalam Al-Qur`an. Sebab, tidak semua hal harus disebutkan secara letterledge (harfiyah) oleh Allah dalam Kitab-Nya, dan itu adalah hak prerogatif Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Bagaimanapun juga, setiap bahasa mempunyai kaidah dan gramatikanya sendiri. Begitu pula dengan Bahasa Arab. Penggunaan kata ganti orang kedua dan ketiga serta penyebutan sesuatu dengan menggunakan kata yang lain adalah sesuatu yang sangat biasa. Bahkan dalam bahasa apa pun.
Siapa pun maklum bahwa ketika Allah menyebutkan kata �Nabi,� �Rasul,� dan �Ahmad� dalam Kitab-Nya, maka yang dimaksud adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan manakala Allah menyebutkan kata �Al-Kitab� dalam awal surat Al-Baqarah, maka setiap orang yang berakal pasti tahu bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur`an. Begitu pula ketika Allah menyebutkan kata �Ar-Ruh Al-Amin� dalam surat Asy-Syu�araa` ayat 193, maka tidak ada lagi yang dimaksud selain Malaikat Jibril. Sebab, Malaikat Jibril-lah satu-satunya malaikat yang bertugas menurunkan wahyu kepada para utusan Allah. Dan masih banyak lagi yang lain.
Jadi, merupakan suatu hal yang aneh jika orang-orang inkar Sunnah menutup mata atau pura-pura tidak tahu bahwa ada kata-kata tertentu dalam Al-Qur`an yang bermakna sebagai Sunnah Nabi. Apalagi jika konteks ayatnya memang menunjukkan bahwa itu adalah Sunnah Nabi. Lebih �lucu� lagi, ketika mengartikan kata �adz-dzikr� dan �al-hikmah� sebagai Al-Qur`an, orang inkar Sunnah mengklaim bahwa hanya Al-Qur`an sajalah yang diturunkan Allah. Padahal konteks ayatnya tidak selalu mutlak bermakna demikian.
�Adz-Dzikr� juga Bermakna Sunnah
Benar, dalam sejumlah ayat dalam Al-Qur`an yang menyebutkan kata �adz-dzikr,�1) hampir semua ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud �adz-dzikr� adalah Al-Qur`an. Akan tetapi, dalam waktu yang sama, akan sulit dijumpai ulama tafsir yang memisahkan antara Al-Qur`an dan Sunnah. Dalam arti kata, para ulama tafsir Ahlu Sunnah pun sepakat bahwa selain Al-Qur`an, Allah juga menurunkan wahyu-Nya dalam bentuk Sunnah yang tidak terdapat dalam Al-Qur`an.
Misalnya, perkataan Nabi ketika menjawab salah seorang istrinya2) yang bertanya, �Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?� Kata beliau, �Aku diberi tahu oleh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.�3) Pengetahuan Nabi atas apa yang sedang dibicarakan secara rahasia oleh sebagian istrinya ini adalah wahyu, tetapi mengenai apa isi perkataan4) Nabi tersebut, maka Sunnah-lah yang menceritakannya lebih lanjut.
Sesungguhnya, Sunnah yang shahih juga dijaga oleh Allah Azza wa Jalla sebagaimana Al-Qur`an. Allah berfirman,
�Sesungguhnya Kami telah menurunkan adz-dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya.� (Al-Hijr: 9)
 DR. Muhammad Musa Nashr mengatakan, bahwa yang dimaksud adz-dzikr dalam ayat ini adalah Al-Qur`an dan Sunnah. Sebab, ayat-ayat Al-Qur`an itu saling menafsirkan satu sama lain. Dan, ayat ini ditafsirkan oleh ayat lain yang berbunyi,
 �Maka bertanyalah kalian kepada ahlu adz-dzikr jika kalian tidak mengetahui, dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan adz-dzikr kepadamu agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka mau berpikir.� (An-Nahl: 43-44)
 Mereka yang dimaksud dengan �ahlu adz-dzikr� dalam dua ayat ini adalah para ulama. Dan, seseorang tidak mungkin disebut sebagai alim (bentuk jama�; ulama) kecuali apabila dia menguasai Al-Qur`an dan Sunnah secara bersama-sama. Dengan demikian, sesungguhnya �ahlu adz-dzikr� itu adalah ulama Al-Qur`an dan Sunnah. Dikarenakan Sunnah merupakan bagian dari wahyu inilah, maka Allah memudahkan para ulama untuk menyeleksi dan memilah Sunnah; mana yang benar-benar Sunnah dan mana yang bukan Sunnah5) Sebab, Allah pun menjaga Sunnah Nabi-Nya sebagaimana Dia menjaga Kitab-Nya.
 Jadi, karena �adz-dzikr� juga mempunyai makna Sunnah, maka sesungguhnya Sunnah itu ada dalam Al-Qur`an, dan bahwa Sunnah adalah juga wahyu dari Allah. Apalagi Allah Ta�ala mengatakan, �Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara dari hawa nafsunya. Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).� (An-Najm: 3-4)
�Al-Hikmah� Adalah Sunnah
Terdapat sekitar dua puluh kata �al-hikmah�6) dalam Al-Qur`an, Dan, kira-kira separonya adalah bermakna Sunnah. Misalnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 129 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
�Wahai Tuhan kami, utuslah seorang Rasul di tengah-tengah mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajari mereka Al-Kitab serta al-hikmah, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.�
 Imam Abdullah An-Nasafi (w. 710 H) berkata, �Yang dimaksud �membacakan kepada mereka ayat-ayatMu� yaitu membacakan dan menyampaikan kepada mereka bukti-bukti keesaan Allah dan kebenaran para nabi yang diutus berdasarkan wahyu yang diturunkan. Dan, yang dimaksud �mengajari mereka Al-Kitab� yaitu mengajarkan Al-Qur`an kepada mereka. Sedangkan yang maksud al-hikmah� yaitu Sunnah Nabi dan pemahaman Al-Qur`an. Adapun maksud �menyucikan mereka� adalah membersihkan mereka dari perbuatan syirik dan segala najis.�7) Jadi, makna �al-hikmah� dalam ayat ini adalah Sunnah.8)
Dalam ayat lain Allah Jalla wa �Ala berfirman,
�Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan al-hikmah. Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha Mengetahui.� (Ak-Ahzab: 34)
 Tentang ayat ini, Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni mengatakan dalam kitab tafsirnya, bahwa yang dimaksud dengan �ayat-ayat Allah� adalah ayat-ayat Al-Qur`an. Sedangkan yang dimaksud �al-hikmah� yaitu Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan keduanyalah (Al-Qur`an dan Sunnah) seorang mukmin dapat memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan.9)
�Al-Bayan� Adalah Sunnah
�Al-bayan� atau �at-tibyan� artinya secara bahasa yaitu penjelas atau yang menjelaskan. Yang namanya penjelas, tentu ada sesuatu yang dijelaskan. Dan, tidak selalu (tidak harus) bahwa yang dijelaskan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami atau tidak dimengerti artinya atau hakekatnya. Sebab, terkadang sesuatu yang sudah jelas pun perlu penjelasan lebih lanjut supaya lebih jelas lagi. Contoh yang sangat sederhana saja, yang sedang Anda baca sekarang ini adalah buku. Siapa pun tahu dengan jelas apa itu buku. Tapi apa kata �buku� itu sendiri tidak bisa dijelaskan? Tentu bisa. Meskipun semua orang (yang berakal sehat) tahu apa itu buku, namun kita masih bisa membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) �terbitan Balai Pustaka, misalnya� untuk melihat apa itu penjelasan dari kata �buku.�
 Sekiranya segala sesuatu yang sudah jelas itu tidak perlu dijelaskan lagi, barangkali tidak akan pernah ada yang namanya Kamus Bahasa Indonesia dalam berbagai versinya yang menjelaskan kosa kata Bahasa Indonesia sendiri. Begitu pula dengan berbagai kamus Bahasa Arab dan Bahasa Inggris serta kamus-kamus dalam bahasa lain yang menjelaskan kosa kata dalam bahasanya sendiri.
Demikian pula dengan Al-Qur`an. Al-Qur`an memang sudah jelas dan mudah dipahami. Allah sendiri yang mengatakan demikian dalam Kitab-Nya.10) Akan tetapi, tentu tidak semua ayat Al-Qur`an itu bisa dipahami dengan mudah, sebagaimana juga ada kata-kata dalam Al-Qur`an yang sudah jelas namun perlu penjelasan lebih lanjut. Terutama dalam hal penjabarannya, perinciannya, dan praktik serta aplikasinya.
 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
�Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.� (Al-Qiyamah: 18-19)
 Penjelasan seperti apa yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya? Apakah setiap penjelasan dari Allah juga terdapat dalam Al-Qur`an? Tentu tidak. Itulah makanya, yang dimaksud dengan �al-bayan� atau penjelasannya di sini adalah Sunnah. Karena, melalui Sunnah-lah Nabi menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur`an berdasarkan wahyu yang beliau terima dari Allah. Syaikh Abdurrahman As-Sa�di (1307 � 1376 H) mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan penjelasannya atau yang menjelaskannya adalah penjelasan makna-makna Al-Qur`an. Allah menjanjikan kepada Nabi bahwa beliau pasti akan hafal lafalnya dan hafal makna-maknanya.11)
Mengutip pendapat Qatadah bin Di�amah (w. 117 H), Imam Al-Qurthubi menyebutkan, bahwa yang dimaksud �al-bayan� dalam ayat ini yaitu tafsir ayat-ayat tentang hudud, dan halal serta haram dalam Al-Qur`an. Al-Qurthubi melanjutkan, �al-bayan� juga berarti penjelasan lebih detil tentang janji dan ancaman Allah. Dan bahwa Allah-lah yang akan menjelaskan makna Al-Qur`an melalui lisanmu (Muhammad).12)
 Apabila penjelasan yang berasal dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang ayat-ayat Al-Qur`an tersebut tidak ada dalam Al-Qur`an, maka yang dimaksud dengan �al-bayan� tidak lain dan tidak bukan adalah Sunnah.
 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
 �Dan Kami telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) yang menjelaskan segala sesuatu.� (An-Nahl: 89)
Dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Al-Auza�i, bahwa Nabi menjelaskan segala sesuatu dalam Al-Kitab dengan Sunnahnya.13) Jadi, yang dimaksud �at-tibyan� dalam ayat ini adalah Sunnah. Sebab, dengan Sunnah-lah Nabi menjelaskan segala sesuatu yang terkandung dalam Al-Qur`an.
 Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili berkata, �Penjelas (at-tibyan) segala sesuatu dalam Al-Qur`an bisa dengan nash yang sudah jelas hukumnya (dalam suatu perkara), dan bisa juga dengan Sunnah Nabi dimana Allah memerintahkan kita untuk mengikuti dan menaati Rasul-Nya.14)
Apabila orang inkar Sunnah mengatakan bahwa Al-Qur`an adalah penjelas segala sesuatu, seharusnya mereka bisa membuktikan penjelasan Al-Qur`an tentang perincian ibadah dan muamalah serta adab keseharian seorang muslim. Mereka (inkar Sunnah) harus bisa menunjukkan dalam Al-Qur`an tentang rincian tatacara shalat; bacaan, gerakan, dan jumlah rakaatnya. Mereka harus bisa membuktikan bahwa manasik haji secara lengkap terdapat dalam Al-Qur`an. Mereka harus mampu menunjukkan penjelasan Al-Qur`an tentang aturan jual-beli, hukum pernikahan, dan etika bermasyarakat. Demikian seterusnya. Apakah mereka bisa menunjukkan penjelasan hal-hal tersebut dalam Al-Qur`an? Sungguh, Sunnah-lah yang menjelaskan ini semua. Bagaimanapun juga, Sunnah adalah penjelas Al-Qur`an.
�Al-Balagh� Mengandung Makna Sunnah
Memberikan hidayah kepada seseorang atau membuat seseorang menjadi beriman kepada Allah, bukanlah tugas Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai seorang utusan Allah. Kewajiban Nabi hanyalah menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepadanya. Tugas beliau hanyalah menyampaikan risalah Allah. Adapun masalah pemberian pahala dan pencatatan dosa adalah urusan Allah. Allah-lah yang membalas amal baik dan buruknya seseorang. Dan, Allah pula yang memberikan hidayah serta yang membuat seseorang menjadi beriman atau tetap dalam kekafirannya.
Kata �al-balagh� yang berarti menyampaikan banyak terdapat dalam Al-Qur`an. Kata �al-balagh� ini sering dilekatkan pada Nabi berkaitan dengan tugas beliau sebagai utusan Allah yang menyampaikan risalah-Nya. Dan, risalah yang diemban oleh Nabi ini mencakup Al-Qur`an dan Sunnahnya. Sebab, dengan Sunnah-lah Nabi menjelaskan isi Al-Qur`an, sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan yang lalu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
�Tidak ada kewajiban Rasul selain menyampaikan. Dan, Allah Maha mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan.� (Al-Maa`idah: 99)
Imam Abdullah An-Nasafi mengatakan, bahwa ayat ini menegaskan wajibnya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasul, dan bahwasanya Rasul telah melaksanakan �al-balagh� yang menjadi kewajibannya.15)
Dan, sebagaimana diketahui, bahwa risalah yang dibawa Nabi adalah Al-Qur`an dan Sunnah. Dalam arti kata, Nabi pun mempunyai otoritas �atas izin dan kehendak Allah� untuk menyuruh dan melarang umatnya. Inilah makna dari firman Allah Ta�ala, �Dan apa yang dibawa oleh Rasul untuk kalian, maka ambillah. Dan apa yang kalian dilarang (melakukannya)nya, maka hentikanlah.� (Al-Hasyr: 7)
Jadi, sangat masuk akal jika yang dimaksud dengan �al-balagh� dalam ayat di atas dan beberapa ayat lain adalah Sunnah Nabi. Karena, kewajiban Nabi adalah menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepada beliau, dan penjelasan dari Nabi atas wahyu Allah adalah Sunnah. DR. Muhammad Musa Nashr berkata, �Al-balagh al-mubin (penyampaian yang jelas) yaitu tafsir Al-Qur`an Al-Karim dan penjelasan tentang syariat Islam.�16)
�Al-Amr� Bermakna Sunnah
Kaum muslimin dan para ulamanya telah bersepakat, bahwa apa pun yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan sanad yang shahih adalah Sunnah beliau. Baik itu berupa perintah, larangan, contoh praktik suatu ibadah, adab keseharian beliau, dan apa pun yang beliau katakan, lakukan, dan diamkan, adalah Sunnah. Keputusan dan perintah beliau adalah Sunnah, dimana kaum muslimin wajib melaksanakannya semampu mungkin. Dalam Al-Qur`an Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
�Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.� (An-Nur: 63)
Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, �Maksudnya yaitu dari perintah Rasulullah. Perintah ini adalah jalan beliau, manhaj, dan jalannya. Perintah Rasul adalah Sunnah dan syariatnya, dimana semua perkataan dan perbuatan kita diukur dengan perkataan dan perbuatan Rasul. Apabila perkataan dan perbuatan kita sama dengan Rasul, maka hal itu bisa diterima. Namun, jika perkataan dan perbuatan kita menyalahi Rasul, maka ia tertolak, siapa pun orangnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim, bahwa �Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dariku, maka ia tertolak.� 17) Maksudnya, hendaklah seseorang takut dan berhati-hati jangan sampai dia menyalahi syariat Rasul baik secara lahir maupun batin.�18) Jadi, makna �al-amr� atau perintah di sini adalah perintah Rasul, yakni Sunnah beliau.
Dalam ayat lain disebutkan,
�Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin maupun mukminah apabila Rasulullah telah menetapkan suatu perintah, mereka mempunyai pilihan sendiri untuk urusannya. Dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.� (Al-Ahzab: 36)
Menukil hadits yang diriwayatkan Imam Ath-Thabarani dengan sanad shahih dari Qatadah, Imam As-Suyuthi menyebutkan sebab turunnya ayat ini, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melamar Zainab binti Jahsy untuk dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah, mantan budak beliau. Zainab menyangka bahwa Nabi melamarnya untuk dirinya sendiri. Namun, setelah Zainab tahu bahwa lamaran itu ternyata untuk Zaid, dia pun menolak. Maka, Allah pun menurunkan ayat ini. Kemudian, Zainab pun menerima dan bersedia dinikahi oleh Zaid.�19)
Mengomentari ayat di atas, Syaikh Abdul Qadir As-Sindi berkata, �Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur`an yang bermakna seperti ini, semuanya adalah nash sharih dalam masalah wajibnya mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan, mengikuti Rasul ini tercerminkan dalam bentuk mengikuti Sunnah beliau yang shahih yang benar-benar berasal dari beliau.�20)
�An-Nur� Bermakna Sunnah
Allah Jalla wa �Ala berfirman dalam Kitab-Nya,
�Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, dan menolongnya, serta mengikuti �an-nur� yang diturunkan bersamanya; maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.� (Al-A�raf: 157)
�An-nur� artinya cahaya. Dengan cahaya, seseorang bisa terbebas dari kegelapan. Dalam surat An-Nur ayat 35 disebutkan bahwa Allah adalah cahaya langit dan bumi. Dan dalam ayat ini, �an-nur� bisa bermakna Al-Qur`an dan bisa pula bermakna Sunnah, atau dua-duanya secara bersamaan. Bagaimanapun juga, Sunnah adalah cahaya. Dengan mengikuti Sunnah-lah seseorang bisa beragama dengan benar dan terbebas dari bid�ah serta ketergelinciran ke dalam perbuatan maksiat. Dengan mengikuti Sunnah, otomatis seseorang juga mengikuti Al-Qur`an. Demikian sebaliknya dan seharusnya. Dengan mengikuti Al-Qur`an, seorang muslim juga harus mengikuti Sunnah Nabi-Nya.
Menafsiri ayat ini, Imam An-Nasafi berkata, �Ikutilah Al-Qur`an yang diturunkan dengan cara mengikuti Nabi dan mengamalkan Sunnahnya.�21) Sedangkan dalam Tafsir Al-Wasith disebutkan, bahwa �an-nur� yaitu Al-Qur`an Al-Karim dan wahyu yang diturunkan kepada Nabi dalam Sunnah. Karena, yang dimaksud dengan �an-nur� adalah kata lain dari syariat Allah secara keseluruhan.22)
 Dalam ayat lain disebutkan,
 �Dan Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (nur) dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.� (Al-Maa`idah: 16)
Syaikh As-Sa�di mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan �mengeluarkan mereka dari kegelapan� yaitu kegelapan kekafiran, bid�ah, maksiat, kebodohan, dan kelalaian. Sedangkan �kepada cahaya (nur),� maksudnya yaitu cahaya iman dan Sunnah, ketaatan, ilmu, dan dzikir.�23)
Dengan demikian, sesungguhnya Sunnah Nabi itu terdapat dalam banyak sekali ayat-ayat Al-Qur`an. Meskipun, sebagaimana kami katakan, tidak mutlak harus dengan menggunakan kata yang letterledge �Sunnah Nabi� atau �Sunnah Rasul.� Karena, dalam hal ini kita bisa menggunakan akal sehat kita. Apalah gunanya Allah mengaruniakan akal kepada kita kalau kita tidak memanfaatkannya untuk berpikir. Apalagi, Allah menyuruh kita �melalui ayat-ayatNya� untuk memaksimalkan pemikiran kita tanpa menuruti hawa nafsu.      
Dan, sebagai orang berakal, tentu kita bisa membaca bahwa ada kata-kata tertentu dalam Al-Qur`an yang bermakna Sunnah. Sehingga, Sunnah sebagai sumber syariat Islam yang utama setelah Al-Qur`an adalah legitimate dari Pembuat syariat, alias sudah mendapatkan legitimasi dari Allah Ta�ala dalam Kitab-Nya. Tidak ada satu pun umat Islam yang mengingkari hal ini, selain orang-orang yang mempertuhankan hawa nafsunya. Mahabenar Allah dengan firman-Nya,
�Apakah kamu tidak melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Allah telah menyesatkan dia dalam ilmunya dan mengunci mati pendengaran serta telinganya, dan Dia membuat penghalang pada penglihatannya. Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk (setelah Allah sesatkan dia)? Apakah kalian tidak juga mau berpikir?� (Al-Jatsiyah: 23).
Wallahu Ta�ala a�lam.

CATATAN KAKI
1 Lihat misalnya surat Al-Hijr: 6 dan 9, dan An-Nahl: 43-44,
2 Ada yang mengatakan bahwa istri dimaksud adalah Aisyah, ada juga yang mengatakan Hafshah. Atau bisa jadi dua-duanya. Lihat; At-Tafsir Al-Wasith/Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili/jilid 3/hlm 2788-2789/Penerbit Dar Al-Fikr, Damaskus/Cetakan I/2001 M � 1422 H.
3 Lihat QS. At-Tahrim ayat 3 beserta tafsirnya.
4 Ayat ini juga membantah perkataan orang inkar Sunnah bahwa tidak ada kata �hadits Nabi� dalam Al-Qur`an. Sebab, ayat ini menggunakan kata �hadits� dalam menyebutkan apa yang Nabi katakan kepada istrinya.
5 As-Sunnah; Baina Atba�iha wa A�daa`iha/DR. Muhammad Musa Nashr. Lihat di http://www.m-alnaser.com/rabbani.htm dan http://www.maghrawi.net/modules.php?name=Splatt_Forums&file=viewtopic&topic=105&forum=1.
6 Termasuk dua di antaranya tidak memakai �al.�
7 Madarik At-Tanzil wa Haqa`iq At-Ta`wil (Tafsir An-Nasafi)/Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi/jilid I/juz 1/hlm 126/Penerbit Dar An-Nafa`is, Beirut/Cetakan I/1996 M � 1416 H.
8 Ayat-ayat lain yang bunyinya senada dengan ayat ini (didahului dengan kata Al-Kitab), yaitu; Al-Baqarah: 151 dan 231, Ali Imran: 48 dan 164, An-Nisaa`: 54 dan 113, Al-Maa`idah: 110, dan Al-Jumu�ah: 2.
9 Shafwatu At-Tafasir/Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni/juz 2/hlm 481/Penerbit Dar Ash-Shabuni, Kairo/Cetakan I/1997 M � 1417 H.
10 Lihat misalnya; Al-Baqarah: 159 dan Al-Qamar: 22.
11 Taysir Al-Karim Al-Mannan (Tafsir As-Sa�di)/hlm 899/ terbitan Markaz Fajr li Ath-Thiba�ah, Kairo/Cetakan I/2000 M � 1421 H.
12 Al-Jami� li Ahkam Al-Qur`an (Tafsir Al-Qurthubi)/jilid 10/juz 19/hlm 79.
13 Tafsir Al-Qur`an Al-�Azhim (Tafsir Ibnu Katsir)/jilid 2/hlm 757.
14 At-Tafsir Al-Wasith/jilid 2/hlm 1293.
15 Madarik At-Tanzil wa Haqa`iq At-Ta`wil (Tafsir An-Nasafi)/jilid 2 hlm 437.
16 Lihat; http://www.m-alnaser.com/rabbani/.htm dan http://www.maghrawi.net/modules.php?name=Splatt_Forums&file=viewtopic&topic=105&forum=15.
17 Hadits ini sangat masyhur. Bahkan, terkadang hadits ini sering dipakai oleh sebagian kelompok Islam untuk membid�ahkan dan menuding orang/kelompok lain sebagai ahlu bid�ah, padahal tidak selalu mutlak demikian. Lihat hadits ini di Al-Lu�lu� wa Al-Marjan/juz 2/hadits nomor 1120, dari Aisyah. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits ini.
18 Tafsir Ibnu Katsir/jilid 3/hlm 374.
19 Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul/Imam Jalaluddin As-Suyuthi/hlm 351/Penerbit Maktabah Al-Qayyimah, Kairo/Tanpa tahun. Riwayat ini juga disebutkan oleh Imam Ath-Thabari, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan sejumlah mufassir lain, dalam kitab tafsirnya.
20 Lihat; Hujjiyyatu As-Sunnah An-Nabawiyyah wa Makanatuha fi At-Tasyri� Al-Islamiy/Syaikh Abdul Qadir bin Habibillah As-Sindi, di http://www.iu.edu.sa/Magazine/30/11.htm.
21 Madarik At-Tanzil wa Haqa`iq At-Ta`wil (Tafsir An-Nasafi)/Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi/jilid I/juz 2/hlm 117/Penerbit Dar An-Nafa`is, Beirut/Cetakan I/1996 M � 1416 H.
22 Lihat; At-Tafsir Al-Wasith/Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili/jilid I/hlm 736/Penerbit Dar Al-Fikr, Damaskus/Cetakan I/2001 M � 1422 H.
23 Taysir Al-Karim Al-Mannan (Tafsir As-Sa�di)/Syaikh Abdurrahman As-Sa�di/hlm 210/Penerbit Maktabah Al-Iman, Manshurah � Mesir/Tanpa tahun.
Design by Jajang Rohana Visit Original Post Islamic2 Template