DALAM bulan Muharam, paling tidak ada dua peristiwa penting
sepanjang perjalanan sejarah para nabi dan rasul serta para sahabat Nabi
Muhammad SAW. Hal itu dapat dijadikan tazkirah bagi kita untuk
meningkatkan kesabaran, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Pertama, berkaitan dengan bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam
tahun Hijriah. Kedua, berkaitan dengan sebab-sebab dimuliakannya bulan
Muharam (bulan yang dilarang untuk berperang).
Bulan Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama pada tahun Islam atau kalender Hijriah, yaitu dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab. Diilhami ketika Abu Musa Al-Asyari sebagai salah satu gubernur yang menulis surat kepada Amirul Mukminin, Khalifah Umar bin Khatab. Surat tersebut isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya. Pada surat-surat itu hanya tercantum tanggal dan bulan saja.
Selanjutnya, khalifah Umar mengumpulkan beberapa sahabat. Salah satunya Ali bin Abi Thalib ra. Para sahabat bermusyawarah mengenai perlunya kalender Islam. Untuk mengawali tahun pertamanya terdapat beberapa usulan. Ada yang mengusulkan berdasarkan waktu kelahiran Rasulullah SAW. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad SAW menjadi rasul.
Pada akhirnya yang diterima adalah usulan dari Ali bin Abi Thalib ra, yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali, sehingga ditetapkan tahun pertama dalam kalender Islam adalah dimulai sejak hijrahnya Rasulullah SAW.
Adapun nama-nama bulan dalam kalender Hijriah tersebut diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu. Sebelumnya, bangsa Arab telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender Hijriah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya, kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah tahun gajah, tidak disebutkan tahun keberapa (kecuali dalam tahun Masehi).
Adapun berkaitan dengan sebab-sebab bulan Muharam sebagai salah satu bulan yang dimuliakan, di antaranya adalah berdasarkan riwayat Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Daud dari Ibnu Abbas bahwa ketika datang ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat kaum Yahudi yang puasa pada hari Assyuro, selanjutnya Nabi bertanya, "Kenapa kalian puasa pada hari Assyuro?" Mereka menjawab, "Hari yang baik, hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-Nya, bahkan nabi Musa pun puasa." Nabi Muhammad Saw bersabda, "Aku lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian." Selanjutnya Nabi pun puasa, demikian pula kita sebagai umatnya disunahkan berpuasa.
Berdasarkan beberapa riwayat lainnya bahwa selain hari Assyuro (tanggal sepuluh Muharam), disunatkan pula puasa pada hari kesembilannya yang dinamai dengan Tasu'a (tanggal 9 Muharam), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Ibnu Abbas, yang artinya, "nanti tahun depan insya Allah aku juga akan puasa pada tasu'a (hari kesembilan)."
Dari riwayat di atas, salah satu sebab dimuliakannya bulan Muharam karena pada bulan tersebut, Nabi Musa dan kaumnya diselamatkan oleh Allah Swt dari perhambaan terhadap Firaun. Pada waktu itu Firaun dan tentaranya hancur lebur dibinasakan oleh Allah SWT.
Sebelumnya bukan satu tahun atau dua tahun Nabi Musa dan Nabi Harun, berjuang melepaskan kaumnya dan bangsanya dari perhambaan dan kekejaman Firaun. Namun, sudah berpuluh tahun sambil menerima berbagai ujian serta penderitaan hidup yang tiada taranya. Anak-anak lelaki dibunuh, perempuan diperkosa, sedangkan lelaki dewasa diperlakukan seperti hewan dengan kejam dan semaunya.
Namun, atas izin Allah dan dengan ketekunan jiwa kepemimpinan Nabi Musa dan Nabi Harun, disertai kesabaran kaumnya, akhirnya Bani Israil bisa lepas dari perhambaan Firaun, bahkan menjadi bangsa yang merdeka.
Berdasarkan beberapa hal di atas, kedatangan bulan Muharam mengingatkan kita kepada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah, yang dijadikan titik tolak perhitungan tahun Hijriah. Selain itu, mengingatkan pula tentang sejarah hidupnya Bani Israil sampai terbebas dari segala ujian hidup.
Hal itu sebagai ibrah bahwa mungkin saja ujian dialami oleh sebagian kaum Muslimin. Namun, dengan iman dan keyakinan kita, bisa menjadi benteng untuk menahan segala cobaan dan rintangan serta ujian yang sedang atau yang akan datang.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah SWT, semoga kita diberi kekuatan untuk beramal saleh dan diberikan kekuatan untuk menjauhi amal salah. Semoga pula di tahun 1434 H, amal kita lebih baik dari tahun yang lalu.
"Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (Al-Baqarah: 250). Amin. Wallahu alam.
Bulan Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama pada tahun Islam atau kalender Hijriah, yaitu dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab. Diilhami ketika Abu Musa Al-Asyari sebagai salah satu gubernur yang menulis surat kepada Amirul Mukminin, Khalifah Umar bin Khatab. Surat tersebut isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya. Pada surat-surat itu hanya tercantum tanggal dan bulan saja.
Selanjutnya, khalifah Umar mengumpulkan beberapa sahabat. Salah satunya Ali bin Abi Thalib ra. Para sahabat bermusyawarah mengenai perlunya kalender Islam. Untuk mengawali tahun pertamanya terdapat beberapa usulan. Ada yang mengusulkan berdasarkan waktu kelahiran Rasulullah SAW. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad SAW menjadi rasul.
Pada akhirnya yang diterima adalah usulan dari Ali bin Abi Thalib ra, yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali, sehingga ditetapkan tahun pertama dalam kalender Islam adalah dimulai sejak hijrahnya Rasulullah SAW.
Adapun nama-nama bulan dalam kalender Hijriah tersebut diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu. Sebelumnya, bangsa Arab telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender Hijriah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya, kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah tahun gajah, tidak disebutkan tahun keberapa (kecuali dalam tahun Masehi).
Adapun berkaitan dengan sebab-sebab bulan Muharam sebagai salah satu bulan yang dimuliakan, di antaranya adalah berdasarkan riwayat Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Daud dari Ibnu Abbas bahwa ketika datang ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat kaum Yahudi yang puasa pada hari Assyuro, selanjutnya Nabi bertanya, "Kenapa kalian puasa pada hari Assyuro?" Mereka menjawab, "Hari yang baik, hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-Nya, bahkan nabi Musa pun puasa." Nabi Muhammad Saw bersabda, "Aku lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian." Selanjutnya Nabi pun puasa, demikian pula kita sebagai umatnya disunahkan berpuasa.
Berdasarkan beberapa riwayat lainnya bahwa selain hari Assyuro (tanggal sepuluh Muharam), disunatkan pula puasa pada hari kesembilannya yang dinamai dengan Tasu'a (tanggal 9 Muharam), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Ibnu Abbas, yang artinya, "nanti tahun depan insya Allah aku juga akan puasa pada tasu'a (hari kesembilan)."
Dari riwayat di atas, salah satu sebab dimuliakannya bulan Muharam karena pada bulan tersebut, Nabi Musa dan kaumnya diselamatkan oleh Allah Swt dari perhambaan terhadap Firaun. Pada waktu itu Firaun dan tentaranya hancur lebur dibinasakan oleh Allah SWT.
Sebelumnya bukan satu tahun atau dua tahun Nabi Musa dan Nabi Harun, berjuang melepaskan kaumnya dan bangsanya dari perhambaan dan kekejaman Firaun. Namun, sudah berpuluh tahun sambil menerima berbagai ujian serta penderitaan hidup yang tiada taranya. Anak-anak lelaki dibunuh, perempuan diperkosa, sedangkan lelaki dewasa diperlakukan seperti hewan dengan kejam dan semaunya.
Namun, atas izin Allah dan dengan ketekunan jiwa kepemimpinan Nabi Musa dan Nabi Harun, disertai kesabaran kaumnya, akhirnya Bani Israil bisa lepas dari perhambaan Firaun, bahkan menjadi bangsa yang merdeka.
Berdasarkan beberapa hal di atas, kedatangan bulan Muharam mengingatkan kita kepada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah, yang dijadikan titik tolak perhitungan tahun Hijriah. Selain itu, mengingatkan pula tentang sejarah hidupnya Bani Israil sampai terbebas dari segala ujian hidup.
Hal itu sebagai ibrah bahwa mungkin saja ujian dialami oleh sebagian kaum Muslimin. Namun, dengan iman dan keyakinan kita, bisa menjadi benteng untuk menahan segala cobaan dan rintangan serta ujian yang sedang atau yang akan datang.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah SWT, semoga kita diberi kekuatan untuk beramal saleh dan diberikan kekuatan untuk menjauhi amal salah. Semoga pula di tahun 1434 H, amal kita lebih baik dari tahun yang lalu.
"Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (Al-Baqarah: 250). Amin. Wallahu alam.
0 komentar:
Posting Komentar